Selasa, 05 Mei 2015

Materi

Cakra Kembang Untuk Kesehatan, Kecerdasan dan Pengembangan Karakter

 Pengembangan Karakter dan Kecerdasan
Pelatihan Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang sangat efektif untuk penyembuhan dan mencegah penyakit dalam tubuh. Seperti asma, reumatik, hipertensi, radang lambung, insomnia, migraine, despresi, dan jenis penyakit yang menurut diagnosa dan pengobatan konvensional diprediksi tidak dapat disembuhkan. Berlatih Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang  mampu menunjang kesehatan fisik dan mental, serta peningkatan vitalitas. Aspek lain dari berlatih secara rutin dan benar, penekanan pada sikap dan gerak rileks, dapat mendongkrak kejernihan akal dan kefokusan berfikir secara logis sehingga mampu meredam emosi. Cakra Kembang membuat para praktisinya menjadi lebih tenang, berwibawa, dan terarah, Disisi lain dominan untuk pengembangan karakter sebagaimana sifat dasar dari pelatihan Cakra Kembang menitik beratkan pada keindahan, keanggunan, kewibawaan, dan bertindak sebagai penyalur energy yang harmonis. Praktisi Cakra Kembang dalam kesehariannya menunjukkan sikap percaya diri pada kemampuannya, santun, rendah hati, toleransi terhadap sesama, dan selalu menciptakan kedamaian pada dirinya sendiri serta orang lain.
          Cakra Kembang mendasar pada filosofi dan kebijakan para kaum sufi di masa lampau, dalam filosofinya keilmuwan Cakra Kembang lahir dari kondisi  kehampaan (nol) . Dalam kehampaan (nol) menghasilkan gerak dan ketenangan. Ketika bergerak energy itu memisah, disaat diam energy tersebut menyatu. Menakjubkan, filosofi ini begitu dekatnya dengan teori fisika berkaitan dengan analisa alam dan atom. Merujuk pada pernyataan kedua fisikawan John Assaraf dan Murray Smith yang memakai istilah Zero Point Field, “ditingkatan paling kecil, pada suhu nol dimana semua bentuk energy yang kita kenal seolah lenyap. Dan di tingkatan ini bukan lagi energi, bukan juga ruang kosong, artinya bahwa sumber energy tersebut muncul dari samudera kesadaran murni, dan kesadaran inilah yang bisa berbentuk materi dan energy”. Penerapan dalam teori Cakra Kembang dikenal dengan metode meditatif, penyelarasan, relaksasi, atau hypnosis. Dimana seseorang dipandu untuk melepas semua ketegangan, dan dibawa dalam konsep gelombang dari Beta,  Alpha, Theta, sampai Delta.
Konsep Gelombang Otak Manusia ada 4 :
·         Beta (14-100 Hz) dalam kondisi ini seseorang cenderung aktif, analisis logika, konsentrasi, prasangka, pikiran sadar, perasaan was-was, khawatir,stress.
·         Alpha (8-13.9 Hz) ,Khusu’, relaksasi, ikhlas, nyaman, tenang, santai, istirahat, puas, bahagia, akses nurani bawah sadar.
·         Theta (4-13,9 Hz) sangat khusu’, mimpi, intuisi, murni berada di tataran bawah sadar, ,ikhlas, hening
·         Delta (0,1-3,9) Tidur lelap tanpa mimpi, nurani bawah sadar kolektif, tidak ada pikiran dan perasaan.
Sedangkan pikiran bawah sadar manusia  juga menyimpan 4 hal diantaranya:
1.     Memory yaitu ingatan kita dari kecil sampai sekarang
2.    Self image merupakan citra diri kita
3.    Personality yaitu kepribadian kita
4.    Habits yakni bermacam kebiasaan yang kita alami
Beberapa Manfaat Khusus di Bidang Kesehatan
·         Sekali melakukan gerakan maka seluruh organ tubuh secara otomatis akan ikut bergerak, maka murid Cakra Kembang harus mampu melatih semua bagian tubuhnya
·         Memicu para murid untuk mengurangi pemikiran yang tidak relefan, mampu memusatkan pikiran ke hal yang lebih positif, menciptakan kondisi ideal system syaraf agar dapat berfungsi secara normal sekaligus membawa manfaat olahraga fisik dan spiritual
·         Jika seorang murid mampu menguasai gerakan jurus,  bisa mengendalikan dan mengatur pernapasan, maka akan memperoleh kedamaian jiwa, endingnya menyehatkan fisik dan terbebas dari perasaan emosional
·         Keindahan gerak yang diperagakan secara lambat, mendorong para murid untuk berlaku sabar, toleransi terhadap sesama, serta memperoleh ketenangan luar dalam
·         Semua gaya dan gerak sebagai pengendali seluruh tubuh, sehingga semua organ berada pada titik rileks dan lentur
·         Pernapasan yang dalam dan panjang bermanfaat untuk mengatur sirkulasi darah, dan mengarahkan pikiran agar selalu tenang terfokus dalam setiap melakukan aktifitas
·         Meningkatkan system saraf dan juga fungsi penyembuhan dari penyakit, serta meningkatkan kesehatan fisik maupun mental
Mungkin masih banyak yang belum mengerti atau bahkan meremehkan terkait keberadaan cakra kembang dalam konteks pelatihanya memperagakan gerakan-gerakan lambat layaknya sebuah tarian atau senam biasa. Perlu dipahami dalam pelatihan Cakra Kembang yang memperagakan gerakan lambat serta menitik beratkan pada metode pengembangan Cakra (pintu energy) dan telapak tangan tersebut melambangkan konsep energy internal dan alam semesta. Sebagai pengingat, bahwa hasil maksimal diperoleh manakala energy internal dan alam semesta berada dalam posisi selaras. Disimpulkan, bahwa seluruh gaya, gerak dan jurus dalam Cakra Kembang merupakan seni penguji waktu yang hebat, memberikan dampak kesehatan dan kecerdasan, memberikan kita untuk mempertahankan dan membela diri, kestabilan emosi, vitalitas, kesegaran mental. Dalam fase tertentu, membuat kita mempunyai kemampuan yang melampaui keadaan fisik, sehingga menambah keimanan dan ketaqwaan kita terhadap Tuhan, serta memicu penyadaran dan penyerahan diri secara total, ada sebuah teori yang pantas kita kaji:
Biarkan kesabaran menjulang setinggi gunung
Kearifan terus mengalir laksana air
Kesuksesan tidak menciptakan sebuah perbedaan
Kegagalan tidak meninggalkan penyesalan dan kesenjangan
Mampukah kita ciptakan kebahagiaan laksana seorang suffi
Dia  mengerti dan sadar  kedamaian ternyata untuk tidak berbuat rakus dan tamak
Pastikan energy  mengalir agar semua tercerahkan kembali pulang dalam fitrah
                                            




3
Gaya dan Gerak Lambat Cakra Kembang Sebagai Seni Pertahanan
Cakra Kembang merupakan metode seni pertahanan dan pertarungan paling indah dan menakjubkan. Namun kebanyakan orang belum tahu bahwa dibalik gerakan yang lembut dan anggun layaknya senam dan tarian itu sejatinya adalah kumpulan jurus jurus beladiri. Sesuatu paling mengagumkan, gaya, gerak dan jurus dalam Cakra Kembang  mampu menahan segala bentuk tindakan atau agresi secara fisik maupun non fisik. Disisi lain juga bisa digunakan untuk menghadapi hampir semua serangan lawan. Hal ini merupakan sistim pertarungan yang praktis dan efektif. Diam bertahan, memukul, menendang, melempar, dan mencengkeram. “Bergerak dalam diam, mematahkan gerakan lawan sebelum menyerang”. Manfaat lain dari gaya pertarungan Cakra Kembang adalah selain bisa menghemat waktu dan tenaga, juga mampu menerapkan pengendalian kekuatan dengan lebih baik. Praktisi Cakra Kembang mampu melukai lawan tanpa harus meninggalkan tanda atau bekas luka, sangat berbeda dengan aliran seni beladiri lain yang kebanyakan terjadi selalu meninggalkan tanda saat berhasil melukai lawan. Dalam pelatihan Cakra Kembang, ditekankan bahwa praktisi tidak dibenarkan untuk melukai lawannya. Alasannya, karena latihan mereka mengondisikan diri untuk bersikap tenang dan tidak bersikap brutal, dan arogan dalam pertarungan. Selebihnya para praktisi dapat membuktikan kemampuannya dengan gaya dan gerak yang anggun berwibawa.
          Dalam situasi dan kondisi tertentu, praktisi Cakra Kembang mampu melempar lawan sampai jarak beberapa meter. Ini membuktikan suatu kemenangan secara nyata tanpa harus melukai. Aspek mekanis dan psikologis Cakra Kembang berbeda jauh dengan aliran beladiri lain kebanyakan. Disini dasar strategi pertarungan adalah mengalir seperti air mengikuti gerak lawan, tidak menyerang membabi buta. Penekanannya pada kondisi rilek dan tenang dalam pertarungan untuk menggunakan tekniknya secara efektif. Sebab kekuatan untuk mengalahkan lawan identik berasal dari aliran energy alam dan energy dalam tubuh bukan dari momentum mekanis, dimana seseorang hanya dapat menggunakan kekuatan saat terjadi kontak fisik. Sedangkan energy tersebut dapat mengalir secara harmonis kalau kita dalam posisi rileks dan tenang. Dalam pelatihan juga mengembangkan teknik dan keterampilan seni tangan mendorong (Pushing Hand), yaitu tangan mereka saling bersentuhan dalam gerak ritmis. Tujuannya adalah merasakan getaran gerakan dan kelemahan lawan.  Pada gerakan pembukaan lawan yang tidak sempurna atau posisi kuda kuda tidak seimbang, praktisi dapat mendorong lawannya tanpa harus melukai. Saat tangan posisi mendorong tidak hanya mengalir mengikuti gerakan lawan saja, tetapi juga harus bisa merasakan getaran perasaannya. Jika merasakan lawannya  enggan, cemas, was was dan bingung, maka praktisi harus menggunakan instingya untuk mendorong dan melempar.
          Filosofi Cakra Kembang bukan berasal dari para panglima perang di medan pertempuran yang bertujuan menyerang dan membunuh. Namun filosofi Cakra Kembang adalah demi menciptakan keharmonisan antar sesama makhluk, serta bertujuan untuk kesadaran dan pengendalian diri. Gaya, gerak dan jurus disuguhkan secara baik dan indah layaknya sebuah tarian senam, tanpa harus menggunakan kekuatan ekstrim dan brutal. Seorang gadis sekalipun kalau sudah mahir menggunakan gaya dan jurus Cakra Kembang, selain bisa mempertahankan diri secara efektif, saat menghadapai lawan yang kuat juga mampu mengalahkan, tanpa harus meninggalkan luka. Tapi berdampak pada lawan menderita sakit sangat serius. Seni Beladiri Cakra Kembang menitik beratkan pada nilai nilai luhur, seperti halnya dengan kejernihan berfikir, perilaku yang santai dan santun, menyukai akan segala bentuk keindahan, senang akan perdamaian, berwatak welas asih terhadap sesama serta bersikap bijaksana. Mengutip ajaran jawa dari leluhur kita yang hidup di masa lampau,”Sastra Njendra Hayuningrat Pangruwating Diyu”, Sastra Njendra-ilmu tentang raja atau pemimpin, hayuningrat-kedamaian, pangruwating - memulihkan merubah menjadi lebih baik, Diyu-raksasa symbol dari nafsu keangkara murkaan. Dimaksud disini bersikaplah seperti layaknya seorang pemimpin yang bijaksana dalam memimpin dirinya sendiri (sebelum memimpin orang lain), senantiasa menjaga kedamaian,serta menjadikan dirinya lebih baik agar terbebas dari sifat angkara murka layaknya raksasa. Seorang  guru pernah memberikan petuah terkait teori dalam pertarungan disamarkan dalam bentuk puisi, yang harus dipahami oleh para murid Cakra Kembang.
Jangan pernah meremehkan kelembutan dan keindahan gerak
Dibalik itu inti kekuatan di titik tersembunyi yang bersifat panas membakar
Sedangkan sumber kehidupan ada di pinggang
Harus bisa membedakan antara yang solid dengan nyata
Agar tiada penghalang energy mengalir laksana air mengalir
           Biarkan tujuh pintu utama terbuka dan terbersihkan
          Tetaplah tersenyum agar mahkotamu mengembang laksana teratai
          Selaraskan pikiran dan jantung agar sinar putih perak memancar tiada henti
          Diam dalam gerak, gerak dalam diam
Waspada dan peka membaca situasi rasakan getarannya
Setiap langkah dan gerak dibimbing keinginan
Yang lunak mampu mengalahkan yang keras
Biarkan spontanitas mengendalikan gerak dan energy mengalir keseluruh tubuh
          Perlu dipahami, dalam memperagakan jurus penting bagi para murid untuk menyempurnakan kuda kuda utamanya, serta dalam kondisi rileks tersenyum dari hati. Dan rasakan energy tersebut mengalir, lantas menyebar keseluruh tubuh, setelah kondisi itu muncul maka para murid baru memperagakan jurus secara kontinyu tanpa terputus. Terpenting dalam latihan beladiri Cakra Kembang harus mampu mengembangkan tenaga internal. Tetaplah waspada mengamati gerakan lawan. Dalam literature klasik Cakra Kembang merujuk pada delapan gerakan tangan dan enam gerakan kaki.
Delapan teknik gerakan tangan dan enam gerakan dasar kaki adalah :
·         Menangkis             - bergerak ke depan
·         Gerak memutar      - bergerak mundur
·         Menekan                - bergerak kekiri
·         Mendorong             - bergerak kekanan
·         Mencengkeram       - melompat
·         Mengambil             - tetap berada di tengah
·         Menyiku
·         meninju
4
Memahami Aspek Pikiran dan Energi
Agar mendapatkan hasil sempurna dari berlatih gaya dan gerak Cakra Kembang,  para murid harus memahami aspek pikiran dan energinya, sehingga kelembutan dan kewibawaan jurus yang diperagakan diilhami oleh energy illahi dan kesadaran. Ditinjau  dari sudut pandang kesehatan, mengembangkan gerak elegan, energy, dan kesadaran mental lebih penting dari pada hanya memperagakan gerakan fisik semata seperti layaknya senam kesegaran jasmani. Berlatih dengan metode pengembangan energy internal dan aspek pikiran akan berdampak pada aliran energi dalam tubuh dan kesehatan fisik maupun mental.
          Dalam prakteknya harus memperhatikan keseimbangan dan ketenangan, serta mengarahkan penekanan pada pinggang, dan bisa membedakan antara yang solid dengan yang nyata. Saat melakukan gerakan jurus, penting untuk tersenyum tulus sampai hati, visualisasi dan rasakan getaran energy yang masuk melalui cakra mahkota mengalir keseluruh tubuh dan bersarang di titik dantian. Berlatih secara benar dan kontinyu akan menimbulkan perasaan nyaman dan tenang, meningkatkan kecerdasan, dan secara mental akan menjadi bugar. Energi vital kesehatan dan kesegaran mental merupakan factor terpenting yang mempengaruhi aspek kehidupan manusia. Berlatih gerakan cakra kembang bertujuan untuk memperbaiki kebiasaan pernapasan agar menghasilkan udara segar dan menetralisir limbah beracun, menyimpan dua sifat energy yang terakumulasi pada tubuh, membersihkan saluran susuhuma, ida, piangla juga cakra cakra menjadi terbuka dan bersih. Meningkatkan energy positif, melonggarkan, menguatkan jaringan dan organ untuk menyesuaikan dengan tingkat energy baru. Pencapaian tingkat kesadaran yang lebih tinggi untuk pengendalian energy. Aspek lanjutan aliran energy menjadikan sebuah sistim yang tepat untuk meningkatkan kesehatan. Pendekatan berlatih geraklan cakra kembang, tidak hanya berguna untuk merawat tubuh fisik, namun juga untuk kesehatan mental dan satu bentuk pengendalian emosional. Lima formula karaktristik yang merujuk pada ketenangan pikiran, kegesitan tubuh, kepenuhan energy, kelengkapan tenaga, dan pemusatan spirit.
          Konsep teori tentang materi pengajaran Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang Karta Bumi Gunung Kidul:
1.     Melatih pikiran dan belajar mengakses energy, ketika memperagakan gerakan jurus, gunakan kekuatan kehendak untuk mengendalikan energy, sehingga disaat kekuatan kehendak muncul, maka energipun akan mengalir deras laksana air, dan disaat energy mengalir, kekuatan internal terlahir.
2.    Sekali bergerak maka seluruh tubuh akan ikut bergerak,termasuk pikiran dan aliran energy terlibat dalam gerakan tersebut. Gerakan tubuh,aliran energy dipadukan sehingga muncul kekuatan yang mengalir tanpa hambatan.
3.    Bersikaplah selunak mungkin, pikiran dalam kondisi rileks, mengendorkan otot dan syaraf tubuh agar dalam kondisi nyaman terbebas dari ketegangan. Dalam konteks ini anda dapat menjadi keras dan lunak  meyesuaikan situasi kondisi.
4.    Ciptakan gerakan ibarat air, tidak ada sesuatu yang lebih lunak dibandingkan air, benda apapun yang sifatnya keras akan terkalahkan oleh kelembutan dan kelunakan air.
5.    Meditasi adalah gerbang yang harus dilewati, biarkan nafas mengikuti ritmenya, duduk dalam diam, diam tatkala duduk
6.    Attunement atau  membuka cakra berikut membersihkan saluran energy dalam tubuh sehingga energy harmonis mengalir stabil
7.    Hypnosis, proses membawa klien ke empat tahap konsep gelombang otak, beta, alpha, theta dan delta,


5
Fungsi Cakra Utama dan Tujuh Lapisan Tubuh kedalam Konsep Energi
Terdapat tujuh cakra utama di dalam tubuh eterik manusia, dimana kesemuanya merupakan pintu energy, yang masing-masing mempunyai fungsi dan karakter berbeda.
1.     Cakra dasar merupakan pusat energy berkaitan dengan lapisan tubuh satu, dalam kondisi normal berfungsi untuk membangkitkan vitalitas tubuh dan mengembangkan semangat hidup
2.    Cakra Seks atau solar plexus pusat energy lapisan tubuh kedua, merupakan pusat pengetahuan dan kreatifitas, berfungsi memacu peningkatan pengetahuan dan membangkitkan daya kreatifitas
3.    Cakra Pusat, berhubungan dengan lapisan tubuh ketiga, berkaitan dengan mental atau trauma
4.    Cakra Jantung, berhubungan dengan lapisan tubuh keempat, tentang perasaan cinta kasih
5.    Cakra Tenggorokan, berhubungan dengan lapisan tubuh ke lima, tentang jiwa dan rasa percaya diri
6.    Cakra Ajna, berhubungan dengan lapisan tubuh ke enam, tentang keyakinan, daya pikir, dan imajinasi
7.      Cakra Mahkota, berhubungan dengan lapisan tubuh ke tujuh, terkait pengembangan spiritual, pengetahuan suci, dan rahasia langit

Tingkatan Penguasaan Materi
1.     Tingkat Pratama ditandai dengan Sabuk Putih, melambangkan seorang insan yang baru memulai lembaran kehidupan baru. Dibekali 24 jurus dasar pengaksesan energy kecerdasan,  7 jurus tongkat, dan pengembangan  cakra untuk beladiri. Ditempuh selama enam bulan
2.    Tingkat Panjala ditandai sabuk kuning emas, melambangkan perjalanan hidup dan kehidupan manusia yang harus diperjuangkan dengan pengorbanan agar mencapai kemakmuran, seperti layaknya nelayan menjala ikan di samudera. Dibekali 12 jurus, ditempuh selama 6 bulan
3.    Tingkat Karmapala, ditandai sabuk warna merah, melambangkan sebuah keberanian, dimana sang insan harus berani menghadapi segala tantangan kehidupan, dan sadar bahwa setiap tindakan pasti ada dampaknya, hukum sebab akibat atau karma, dibekali 9 jurus, ditempuh selama 6 bulan
4.    Tingkat Nagapasa, ditandai dengan sabuk biru, melambangkan perilaku seseorang yang tenang, bijaksana, dan welas asih, senantiasa menekankan pada kesabaran seperti hamparan laut biru tak terbatas. Diibaratkan seekor naga yang tengah berpuasa dan bertapa di kedalaman dasar samudera, di bekali 8 jurus, di tempuh 6 bulan
5.    Tingkat Nayantaka, ditandai dengan satu lambang kembang tunjung  mekar warna keemasan ,mengisyaratkan  bahwa dalam tataran ini seseorang sudah mencapai tingkat spiritual dan mendapat pencerahan bathin. Nayantaka nama lain dari Kyai Semar tokoh pewayangan yang dikenal sebagai seorang dewa memilih menjadi ponokawan pandawa, bertugas untuk menjaga  kesejahteraan, perdamaian, serta kemakmuran di muka bumi. Ditempuh selama 6 bulan.
6.    Tingkat Hanggareksa, ditandai dengan dua lambang kembang tunjung mekar warna keemasan, tingkatan ini menandai bahwa seseorang sudah mampu menjaga dan mengendalikan dirinya secara lahir maupun bathin, serta sudah mencapai fase meditatif sempurna untuk tujuan spiritual
7.    Tingkat Saptapertala, ditandai dengan tiga lambang kembang tunjung mekar warna keemasan, fase ini menandai bahwa seseorang sudah mampu mengendalikan energy kundalini dan mencapai fase spiritual.

Compani Profil

Kata Pengantar

Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang Karta Bumi Gunung Kidul merupakan seni pertahanan  yang menakjubkan. Dimana setiap gerakannya merupakan seni menguji waktu bertujuan untuk melatih tubuh, aliran energy, pikiran, dan bermanfaat untuk kesehatan, peningkatan kecerdasan, pertahanan diri, kesegaran mental,  juga sebagai sarana pengembangan spiritual dan penyembuhan tanpa memandang ras, kebudayaan maupun agama. Seni ini seringkali dideskripsikan secara keliru oleh kebanyakan kalangan, hanya sebatas sebagai “tarian atau senam pada umumnya” lantaran gerakannya yang lambat dan tampak kurang bertenaga. Asumsi seperti itu muncul karena kurangnya pemahaman tentang kedalaman dan dimensi seni tersebut. Orang cenderung melihat hanya dari sisi gerakan  tarian lembut yang menebarkan pesona keindahan dan kewibawaan. Padahal gerakan yang terlihat lembut layaknya gerakan tari itu adalah sebagai metode mengakses energy alam semesta untuk kesehatan, kecerdasan dan pertahanan. (di daratan china dikenal dengan Tai Chi yaitu  energy tertinggi)

Pada prinsipnya, Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang juga bertujuan untuk sarana pencapaian Rahmat Tuhan dan keseimbangan mental, peningkatan fisik, serta pengembangan tenaga internal atau aliran energy. Meskipun cakupan keilmuannya terasa sangat dalam dan luas, Pengetahuan Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang tidak bisa diprioritaskan satu per satu. Apabila ingin mendapatkan keuntungan yang menakjubkan, harus berlatih dengan benar dan konsisten. Sebab hanya memahami teori lewat buku atau tulisan tidak akan menjadikan seseorang sebagai praktisi cakra kembang yang kompeten. Pelatihan Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang menggunakan metode pelibatan energy, attunement cakra dan pengendalian pikiran, hal tersebut membutuhkan bimbingan seorang pelatih atau guru secara personal. Bagi para pemula disarankan untuk mendapat instruksi personal dari guru yang kompeten, sebab kesalahan umum yang sering terjadi pada murid adalah mempercepat pembelajaran mereka. Berlatihlah  menggunakan metode yang benar dan penuh kesabaran namun tidak membabi buta. Apabila seorang murid yang berlatih Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang secara rutin namun masih saja sakit-sakitan, lemah fisik, tidak cerdas, dan emosionalnya belum stabil atau lemah mental, berarti ia tidak bijak bahkan dianggap gagal dalam berlatih.

Arti penting dalam pengetahuan Cakra Kembang sebenarnya terletak pada aspek internalnya, bukan pada bentuk eksternalnya. Tekhnik dasar semua gaya dan jurus cakra kembang membantu kita untuk tetap sehat fisik dan mental, mampu mempertahankan diri dari berbagai pengaruh negatif. Mengacu pada filosofi air “ yang lunak mengatasi yang keras, mengalir bersama momentum lawan”. Materi pelatihan Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu warisan para leluhur atau nenek moyang diabad terdahulu yang hidup menyebar dibelahan bumi. Keilmuwan ini sudah diilmiahkan seiring dengan perkembangan jaman tanpa harus merubah konsep aslinya. Secara Ilmiah, pendekatan  inti pelatihan Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang merujuk pada teori limid matematika dan ilmu fisika.” 0 (nol) dikalikan bilangan berapapun hasilnya tetap 0 (nol). Contoh: 0 X 1.000.000=0. Dalam kondisi 0 (nol) ketidak terhinggaan,  sering disebut dengan fitrah atau tingkat kepasrahan, penyadaran diri terhadap Sang Pencipta Alam Semesta. Dalam kondisi ini seseorang akan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat. Nol (0) disini merupakan sikap manusia untuk berlaku rendah hati, iman dan taqwa, merasa dan sadar bahwa tidak berdaya, sebab semua daya dan kekuatan yang dimiliki semata-mata hanya milik Tuhan. Menurut Fisikawan John Assaraf dan Murray Smith mereka memakai istilah Zero Point Field,”dimana ditingkatan paling kecil, pada suhu nol mutlak  semua bentuk energy yang kita kenal lenyap.Ternyata di tingkat ini bukan lagi energy, bukan juga ruang kosong. Dan kedua fisikiawan tersebut menyadari medan tersebut paling tepat disebut sebagai Medan Informasi, artinya sumber energy muncul dari samudera KESADARAN murni, dan dari KESADARAN inilah bisa berbentuk MATERI dan ENERGI.

Pelatihan Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang menekankan pada pikiran dan pengendalian emosi, sebab emosi dan pikiran mampu mempengaruhi apapun. Seperti yang pernah diungkapkan ilmuwan mancanegara Rebecca Marina dan Dr. Felici, hasil penelitiannya : “ Pikiran dan Emosi mengubah bentuk sel darah, dimana bentuk gerakan dan daya tahan sel darah berbeda beda sesuai dengan jenis pikiran dan emosi, saat darah diambil sample, sel darah pada saat kita kondisi berdo’a kepada Tuhan atau ingat akan Tuhan bentuknya sangat spesialis  jika dibandingkan yang lain. Yakni selnya kelihatan bercahaya dan tidak cepat mati”.

Bisa disimpulkan, meskipun Seni Beladiri ini bersifat klasik karena bersumber dari keilmuwan kuno warisan leluhur yang hidup pada jamannya terdahulu, ternyata memiliki kandungan makna dan manfaat begitu besar bagi kita, dan faktanya juga bisa diterima secara logika dan ilmiah oleh para pakar ilmu matematika dan fisika era modern. Sungguh adiluhung hasil karsa, karya, daya, dan cipta para leluhur kita, yang kemudian berhasil dirangkum menjadi satu kesatuan ilmu “Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang” Karta Bumi Gunung Kidul.

Sebagai penutup, puji syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa saya berharap agar keilmuwan Cakra Kembang dapat terus berkembang seiring dengan perjalanan waktu, serta bermanfaat bagi semua umat manusia yang hidup di belahan Bumi Nusantara. Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada almarhum Ki Hamung Suket Kesampar ( Ki Marto Dipuro), Eyang Parto Soman, Kyai Mukhbaran, Ki Mohammad Mukhorobin, Nyai Kusumastuti, juga Eyang Ki Ageng Suro Diwiryo, Ki Harjo Utomo, Mas Imam Supangat ( ketiganya guru besar Padepokan Setia Hati Terate),  Eyang Dwija Purwaka, Grand Master Eka Sugandha . Rasa terimakasih tak terhingga kepada tokoh spiritual yang saya temui dalam meditasi, Ki Simo Lasmin atau Ki Ageng Simo Potro,  lantaran bimbingan beliau semua  maka  keilmuwan   Cakra Kembang Karta Bumi Gunung Kidul menjadi sangat bermanfaat bagi tata kehidupan semua umat. Terima kasih pula kepada Abah Wagino (Ki Djaka Narendra) Ketua  Umum Paguyuban Suryo Mataram, KPH. Wijoyo Kusumo (Puro Pakualam)  Ir. Budi Puryanto, Suparyoto, Sumanto, Mardiyana,  Tugiman, Sumarna, Sumarno, seluruh murid saya, penasehat, pelindung, ketua cabang, pengurus, serta anggota Paguyuban Suryo Mataram yang selama ini mendukung dan memberikan sumbangsih secara moril.  Ucapan terimakasih juga kepada, istri dan anak anak terkasih saya, yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat demi terlahirnya  perguruan ini.

Biarkan kesabaranmu seperti  seribu gunung  dan sungai mengalir

Keberhasilan janganlah membawa perbedaan

Kegagalan juga tidak menyebabkan kesenjangan

Bersikap arif dan bijak tanggalkan kesombongan dan kelicikan

Pahamilah kesadaran dari dalam untuk tidak rakus demi ketenaran

Biarkan emosimu tenang seperti air di waktu senja



                                                 Perenging Gunung Kidul Yogyakarta

   Penulis

                                                              Sukma Mulandara

 
Arti dan Makna Lambang
·         Mengapa  Cakra Kembang disebut Seni Beladiri Klasik, sebab beladiri ini ada unsur keindahan dan keanggunan layaknya sebuah seni tari, namun didalamnya mengandung filosofi dan jurus jurus kuno yang bermanfaat untuk mempertahankan diri.
·         Cakra Kembang adalah Cakra-berarti pintu energi, Kembang-berarti bunga, secara umum cakra kembang diartikan pintu energy yang mekar bagaikan kembang atau bunga tunjung terate
·         Lingkaran ganda luar dalam dengan jari runcing masing masing berjumlah delapan ,berwarna putih dan keemasan melambangkan sebuah cakra atau pintu energy yang terdapat dalam diri manusia,berfungsi sebagai alat pengaksesan dan penyaluran beragam energi.
·         Lingkaran  warna keemasan identik dengan sinar matahari atau sang surya, ,melambangkan sikap bijaksana, welas asih, dan rela berkorban demi orang lain yang membutuhkan, Sesuai kodratnya matahari akan senantiasa memancarkan sinar sebagai penerang alam semesta
·         Sedangkan lingkaran berwarna putih melambangkan alam semesta .
·         Kembang Tunjung mekar berkelopak tujuh berwarna merah dan ditengahnya ada bulatan kecil warna putih diatas air. Kembang tunjung atau kembang terate melambangkan sebuah kearifan, keluhuran perilaku yang cenderung tenang dan bijaksana, serta memberikan kesejukan dan kedamaian terhadap sesama layaknya air. sesuai kodratnya, kembang tunjung mampu  hidup dimana saja termasuk diatas air, dimana air sendiri merupakan sumber dari kehidupan. Kelopak tujuh, melambangkan tujuh tingkatan keilmuwan cakra kembang. Warna merah melambangkan sebuah keberanian, sedangkan lingkaran putih kecil mengisyaratkan kesucian atau kebenaran. “Berani karena benar, takut karena salah”
·         Burung Cenderawasih warna merah api keemasan yang terbang posisi siap menerkam melambangkan sebuah keindahan, keanggunan, kelembutan gerak dan gaya jurus jurus Cakra Kembang. Namun dibalik semua itu menyimpan tenaga yang dahsyat bisa dipergunakan untuk bertahan dan membela diri. Warna bulunya merah api keemasan mengisyaratkan adanya unsur energy kehidupan.
·         Seekor Naga hijau posisi siap mencakar melambangkan sebuah kekuatan Kundalini dalam diri manusia. Kundalini adalah sumber segala energy dalam tubuh. Dimana kundalini mempunyai kekuatan dahsyat berfungsi untuk menggerakan seluruh organ tubuh manusia, baik secara fisik maupun mental spiritual. Diibaratkan, kundalini merupakan Seekor Naga yang sedang bertapa di dasar samudera, keberadaanyapun susah di jangkau, memerlukan perjuangan dan perjalanan panjang untuk bisa mencapainya.
·        Sepasang Harimau Hitam (Macan Kumbang) tubuhnya bersinar putih, sesuai kodratnya Harimau Kumbang hidup selalu berpasangan, dan binatang tersebut  terkenal cekatan, lincah dan mempunyai kekuatan fisik yang dahsyat dan insting yang tajam, digunakan untuk mencari mangsa agar bisa bertahan hidup. Pancaran sinar putih dari tubuh Macan Kumbang mengisaratkan adanya aura yang melindungi. Disimpulkan kita sebagai manusia meskipun mempunyai kekuatan  hebat layaknya Macan Kumbang sekalipun, namun kita harus tetap bersikap arif dan bijaksana, kekuatan yang kita miliki bukan untuk kesombongan, tapi digunakan  sebagai sarana untuk mempertahankan hidup. Sinar putih cerah melambangkan aura atau energy perlindungan, aura tersebut akan terus memancar terang dan tebal selama manusia berada dijalan kebaikan dan tidak menyalahi kodrat. ( Sepasang Macan Kumbang terilhami dari kemunculan sosok Ki Ageng Simo Potro di alam meditasi)
·        Tongkat lurus berwarna putih bertepi merah, melambangkan pegangan atau pedoman hidup, agar jalan kita tetap kuat dan tidak tersesat. Ketika manusia tidak mempunyai pegangan atau pedoman dalam menjalani tata kehidupan, niscaya akan dibutakan oleh segala hal yang bersifat semu, endingnya mengalami kesengsaraan. Putih menggambarkan kesucian, merah melambangkan warna hati. Bisa diartikan kita hidup haruslah tetap menjaga kesucian hati.
·        Tombak berwarna putih bergaris merah bermata runcing berjumlah ganda berdiri tegak lurus  menghadap keatas dan ke bawah, melambangkan tajamnya mata bathin,  kewaskitaan. Mata bathin dan kewaskitaan identik dengan spiritual. Sedangkan  mata tombak ganda  menghadap keatas dan kebawah, melambangkan hubungan antara hamba dengan Tuhan. Dalam konteks Menyatunya Hamba dengan Tuhan, atau dalam ajaran jawa dikenal dengan istilah“Manunggaling kawula klawan Gusti”.
·        Sedangkan Gunung adalah gambaran suatu pencapaian tertinggi,hijau merupakan warna daun melambangkan ketenteraman. Gunung berjumlah lima mempunyai arti lima pedoman hidup yang harus dijalankan oleh setiap manusia yang notabene sebagai hamba Tuhan. Percaya adanya Tuhan atau ber-agama, berbhakti kepada kedua orang tua dan menghormati guru, senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi segala tindak kejahatan, saling tolong menolong dan menjaga toleransi antar sesama, sikap  rendah hati dan tidak sombong, pencapaian tertinggi dalam kehidupan manusia adalah Kembali kepangkuan Tuhan dengan kondisi iman, serta yakin adanya Kharma (hukum sebab akibat)
·        Latar belakang berwarna biru melambangkan tujuh pertala langit, dimana diatas langit masih ada langit. Diibaratkan  Setinggi langit sekalipun kemampuan kita pasti masih ada yang lebih tinggi daripada kita,
·        Karta Bumi mempunyai makna, setiap anggota Cakra Kembang berkewajiban menjaga serta menciptakan kemakmuran bagi orang lain maupun dirinya sendiri, dimanapun bumi tempat kaki berpijak.
·        Gunung Kidul nama sebuah tempat atau wilayah yang berada dibawah Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan ditempat tersebut Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang lahir dan berdiri.
Ajaran, Motto, Visi dan Missi
Ajaran : Ingin memperoleh tujuan tertinggi memilih untuk mengalah agar melebihi kemenangan abadi dan kembali  pada  kehampaan tak terhingga, menggunakan kekuatan untuk bertahan bukan untuk agresi
Motto: Menang Tanpa Mengalahkan,  Mengalahkan Bukan Untuk Kemenangan
Visi: Menjaga, melestarikan, dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan warisan leluhur, serta meningkatkan kreatifitas tunas muda yang berkualitas dan bermartabat
Missi: Menciptakan keseimbangan sosial, agama, kesehatan, seni, budaya, dan pendidikan berdampak pada kerukunan antar umat manusia dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia
Idiologi        : Pancasila ,  Landasan      : Undang undang Dasar 1945
Panca Dharma
1.     Beriman dan bertakwa Kepada Tuhan
2.    Berbhakti kepada kedua Orang Tua, Guru, Bangsa dan Negara
3.    Menciptakan perdamaian dan kerukunan antar umat manusia
4.    Menjaga dan membangun citra perguruan atau organisasi serta mengembangkan keilmuwan ditengah kehidupan masyarakat
5.    Berjiwa kasatria, pantang menyerah, bisa membedakan benar dan salah

1
Sejarah Lahirnya Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang
Karta Bumi Gunung Kidul
Seni Beladiri  Klasik Cakra Kembang Karta Bumi Gunung Kidul merupakan gabungan  dari inti keilmuwan klasik dari berbagai aliran yang berada di seluruh belahan bumi nusantara, tidak mengherankan kalau didalam pengajaran gerak dan jurusnya sulit diprediksi oleh berbagai kalangan. Sebab mengandung beragam unsur gerak dan gaya  beladiri klasik dari berbagai sumber dan aliran asal  tanah jawa dan manca negara, diantaranya Pencak Majapahit, Pencak Mataram, Pencak Pasundan, Betako beladiri tangan kosong asal Jepang, Kungfu beladiri klasik berasal dari Cina, Rei Ki dari Tibet mempunyai makna energy  alam semesta, Tai Chi energy tertinggi berasal dari Tionghoa, Chi Kung atau Qi Gong Tionghoa Romawi berarti seni energy.
          Pada jaman kerajaan tempo dulu seluruh beladiri dari manca negara tanpa disadari tengah tumbuh berkembang di bumi jawa, bersama datangnya bangsa luar negeri dari berbagai ras. Tidak bisa dihindari kalau pada akhirnya beragam aliran beladiri tersebut  berbaur dengan bela diri pribumi, yaitu Seni Pencak Silat yang merupakan ilmu kanuragan untuk pertahanan diri.  Berbagai aliran beladiri manca negara, yang pada akhirnya tumbuh berkembang di tanah air, diantaranya, Betako (beladiri tangan kosomg) masuk bersama bangsa jepang dan belanda, lantas bangsa china, Tibet, dan Romawi mengajarkan kungfu, Rei Ki, Tai Chi dan Chi Kung, pada awalnya beladiri  manca tersebut hanya diajarkan khusus kalangan keluarga dan kerabat sendiri. Seiring perjalanan waktu, beladiri manca yang semula hanya  diajarkan di Vihara dan Klenteng dan tempat tempat tertentu, diajarkan pula diluar lingkup keluarga dan kerabat,  sebagai sarana untuk mengambil simpati dan memperluas pengaruh .  Hingga bangsa pribumi pada akhirnya tertarik dan belajar, lantas  beladiri adopsi tersebut dipadukan dengan seni beladiri lokal. Salah seorang bangsa pribumi yang berhasil menguasai teknik beladiri mancanegara adalah Ki Hamung suket Kesampar (Eyang Marto Dipuro),  kemudian intisari beladiri dan keilmuwan dari berbagai aliran tersebut  oleh Eyang Marto Dipuro digabung dengan seni beladiri asli pribumi. Dan terciptalah sebuah beladiri klasik yang anggun dan berwibawa “Tanpa Nama”. Siapakah  sebenarnya Marto Dipuro atau Ki Hamung Suket Kesampar itu, Eyang Marto Dipuro  terlahir dari kalangan rakyat jelata di kaki Gunung Bromo  Tlatah Majapahit pada tahun 1831 lampau, kesehariannya hanya menggantungkan hidup sebagai pencari kayu bakar dan rumput .Awalnya Marto Dipuro muda  berguru  ilmu  kebathinan atau kejawen kepada Ki Sastra Dimejo, seorang tokoh spiritual yang disegani pada masanya. Berangkat dari bekal ilmu yang dimiliki dari ki Satra tersebut,  Marto Dipuro mulai mengembara dan berguru ke berbagai aliran kanuragan  yang ada ditanah jawa dan pasundan. Setelah dirasa cukup menimba ilmu, maka dia mulai menjalankan amanah untuk menyebarkan dan mengajarkan kepada orang orang yang membutuhkan.
           Sekitar tahun 1863 oleh Ki Hamung Suket Kesampar, keilmuwan “tanpa nama” ini mulai diajarkan kepada orang lain sebatas bekal pertahanan dan perlindungan diri sendiri. Sedangkan metode pengajarannya dilakukan secara rahasia dan berpindah-pindah, Meskipun diajarkan secara sembunyi, namun penyebaran keilmuwan ini sudah meluas,selain diwilayah bumi Majapahit dan Mataram (Jawa bagian Timur dan Tengah) juga berkembang hingga ke wilayah luar jawa, diantaranya Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Murid Ki Hamung Suket Kesampar sebenarnya tersebar dimana-mana, namun kebanyakan dari mereka tidak ada yang melanjutkan pengembangan keilmuwan tersebut. Hanya ada seorang diantara sekian banyak murid Ki Hamung yang bernama Ki Parto Somo, secara diam–diam mulai mengajarkan keilmuwan tersebut, mulanya juga hanya diajarkan kepada kerabat terdekat. Namun lambat laun keilmuwan tanpa nama itu terus berkembang dan dipelajari secara umum. Beberapa murid yang setia mendampingi Ki Parto Somo antara lain, Kyai Mukhbaran, Mohammad Mukhorobin, Nyai Kusumastuti, Ki Dwija Purwaka. Murid murid setia Ki Parto Somo mengikuti jejak gurunya mengembangkan ilmu tanpa nama tersebut.  Seiring perjalanan waktu, pada Tahun 2011  keilmuwan tanpa nama ini sampai ke daerah Yogyakarta dibawa oleh salah seorang murid dari Mohammad  Mukhorobin dan Ki Dwija Purwaka, bernama Ki Sukma Mulandara. Oleh Ki Sukma Mulandhara keilmuwan tersebut awalnya diajarkan secara terbatas kepada beberapa orang yang kebetulan dikenal. Kemudian pada Tahun 2012  Ki Sukma Mulandhara bergabung dengan Paguyuban Suryo Mataram, lantas mengembangkan keilmuwan yang dimiliki lewat paguyuban tersebut. Keilmuwan tanpa nama yang diajarkan Ki Sukmo Mulandhara oleh ketua Paguyuban Suryo Mataram diberi nama Cakra Kembang berarti Cerdas Kreatif Berkembang, dikenal dengan  Seni Olah Pernapasan Cakra Kembang,  dalam aktifitasnya berlindung dibawah  Paguyuban Suryo Mataram. Awal  pengajaran  hanya menitik beratkan pada olah raga ringan dan pengaksesan energi untuk menunjang kesehatan dan peningkatan kecerdasan otak.
Selanjutnya Seni Olah Pernapasan Cakra Kembang, oleh Ki Sukma Mulandhara, Nyai Sudiarti, dan Ki Suparyoto diganti namanya menjadi Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang Karta Bumi Gunung Kidul, dimana dalam pengajarannya mempunyai cakupan sangat luas, selain untuk kecerdasan, kesehatan, dan penyembuhan, juga terdapat beragam gaya dan jurus  yang merupakan kombinasi dari berbagai aliran beladiri klasik atau tradisional. Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang Karta Bumi Gunung Kidul status kelembagaannya  berada dibawah naungan LEMBAGA CAKRA KEMBANG KARTA BUMI GUNUNG KIDUL, di prakarsai oleh, Ki Sukma Mulandara, Nyai Sudiarti, Ki Suparyoto, Ki Mardiyana, Ki Sumanto. Meskipun payung hukumnya terpisah dari Paguyuban Suryo Mataram, namun dalam aktifitasnya tetap sejalan dan tidak terpisahkan.
Pengajaran Seni Beladiri Klasik Cakra Kembang Karta Bumi Gunung Kidul selain  menggunakan keilmuwan klasik, juga memakai teori ilmu pengetahuan modern  bersifat ilmiah, keduanya dipadukan menjadi satu kesatuan. Adapun, Ki Sukma Mulandhara sendiri lahir dari tlatah  Bumi Majapahit,  yang kemudian memilih tinggal dan menetap di Bumi Kharta Dhak Sinarga Istimewa Yogyakarta .